Minggu, 10 Maret 2013

Ciuman Pertama, dan Ciuman Berikutnya

Posted by Unknown at 15.32
Waktu Remaja, aku seorang pemalu dan begitu juga pacarku. Kami duduk di kelas 1 SMU di sebuah kota kecil. Kami sudah pacaran selama 6 bulan. Berpegangan tangan dengan tangan berkeringat dingin, benar-benar menonton film, dan ngobrol ngalur ngidul. Sering kami nyaris berciuman---kami sama-sama tau kami ingin dicium---tapi tak ada yang berani bertindak lebih dulu.
     Akhirnya, ketika duduk di sofa di ruang duduk di rumahku, dia memutuskan untuk melakukannya. Kami mengobrol tentang cuaca (sungguh), lalu dia mencondongkan tubuhnya ke depan. Kututup mataku dengan bantal untuk menghalanginya! Dia mencium bantal itu.
     Aku ingiiiin sekali dicium, tapi terlalu gugup untuk membiarkannya mendekat. Kami mengobrol temtang film (siapa yang peduli sih!), dan dia mencondongkan tubuhnya lagi. Aku menghalanginya lagi.

     Aku pindah keujung sofa dan dia mendekat. Kami mengobrol lagi. Dia mencondongkan tubuhnya... dan aku berdiri! (Waktu itu tentunya kakiku kejang.). Aku menghampiri pintu depan dan berdiri disitu, bersandar di dinding sambil melipat tangan di dada, dan berkata dengan tak sabar, "Kamu mau cium aku nggak sih?"
     "Mau," jawabnya. Maka akupun berdiri tegak, memejamkan mata erat-erat, menyondongkan bibir, dan menengadahkan wajah. Aku muenunggu... dan menunggu. (Mengapa dia belum mencium juga?) Kubuka mataku; wajahnya sedang mendekatiku. Aku tersenyum.
     DIA MENCIUM GIGIKU!
     Aku ingin mati saja.
     Dia pulang.
     Aku bertanya-tanya apakah dia bercerita tentang kekonyolanku. Karena memang aku sangat pemalu, aku menyembunyikan diri selama 2 tahun, dan karenanya aku tak pernah punya pacar lagi selama 2 tahun terakhir di SMU. Bahkan, saat aku sedang berjalan di koridor sekolah, kalau aku melihatnya atau pemuda lain memdekatiku, aku segera berbelok masuk ke ruangan terdekat sampai ia berlalu. Padahal mereka sudah ku kenal sejak TK.
     Pada tahun pertama di perguruan tinggi, aku bertekad untuk menghilangkan sifat pemalu itu. Aku ingin belajar cara berciuman dengan penuh percaya diri dan anggun.
Aku berhasil.

     Pada musim semi, aku pulang. Aku datang ke tempat kumpul-kumpul anak muda, dan tebak siapa yang sedang duduk di bar? Tidak lain adalah teman berciumku yang dulu itu. Aku menghampiri kursi tempatnya duduk, dan menepuk bahunya. Tanpa ragu, aku memeluknya, mendorongnya sampai berbaring di pelukanku, lalu menciumnya dengan mantap. Aku membantunya duduk lagi, menatapnya dengan penuh kemenangan, dan berkata, "Nah, begitu!"
     Dia menunjuk wanita di sampingnya, dan berkata, "Mary Jane, kenalkan, ini istrikiu."


                                                                                Chicken Soup For The Teenage Soul
 

Irreplacable Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review